AUTOBIOGRAFI

Aku
dilahirkan di Pinrang, 27 Mei 1993 merupakan putri sulung dari tiga bersaudara
yang kesemuanya adalah perempuan. Aku berasal dari keluarga yang sederhana yang
sangat kental akan kebersamaan. Sejak lahir Aku tinggal bersama kedua orang
tuaku. Drs. Musa Dahlan nama ayahku. Beliau berprofesi sebagai guru Bahasa
Indonesia di SMA Negeri 2 Sengkang. Dan ibuku bernama Hj. Khaerani Idris. Keluargaku
awalnya bermukim di Pangkep karena Ayahku awalnya mengajar di SMA Negeri 1
Pangkep. Namun, pada pertengahan tahun 1999 tepatnya bulan Juni kalau Aku tidak
salah mengingat, maklum saja waktu itu Aku baru berumur enam tahun, ayahku
memboyong ibu, Aku, dan kedua adikku ke Sengkang dan menetap di sana hingga
sekarang. Sejak kecil orang tuaku mengajarkan optimisme dan kedisiplinan kepada
ketiga anaknya, mulai dari bangun tidur, menjaga shalat lima waktu, sikat gigi
sebelum tidur, belajar, hingga makan bersama di meja makan dan masih banyak
lagi yang tidak mungkin kutuliskan satu per satu.
Menurut
cerita orang tuaku sejak balita saya telah diajarkan membaca dan menulis, walaupun
tulisanku tidak karuan dan cara membaca yang hanya bergumam tidak jelas
layaknya balita pada umumnya ketika pertama kali diperkenalkan dengan buku dan tumbuh sebagai balita yang
aktif dan berkembang menjadi anak yang ceria dan cerewet. Sampai saat ini, Aku
senang membaca dan menulis, mungkin karena sudah terbiasa sejak kecil. Selain
membaca dan menulis Aku juga mempunyai hobi lain yaitu menonton dan menyanyi
walaupun hanya sebatas penyanyi kamar mandi.
Ketika
berusia lima tahun, Aku didaftarkan di salah satu sekolah dasar di Pangkep. Aku
masih ingat ayah menyewakan becak untuk mengantar jemput Aku ke sekolah karena
ayah sibuk mengajar, sebelum pukul tujuh beliau harus berada di sekolah
sementara ibuku sangat sibuk di rumah menjaga kedua adikku. Namun, Aku hanya
bersekolah di sana selama hampir satu tahun hingga akhirnya keluargaku pindah
ke Sengkang. Ayahku tidak mengurus surat pindah belajar di sekolah lamaku di
Pangkep ke sekolah baruku di Sengkang, alhasil Aku kembali mendaftar sebagai
siswa baru dan mulai lagi dari kelas satu yang seharusnya waktu itu aku telah
duduk di kelas dua SD. Pahadal lumayan kan lebih muda satu tahun dari usia
belajar SD pada umumnya? hehehe. Namum, itulah takdirku, tidak ada yang perlu
disesali karena semua berjalan sesuai kehendak Sang Khaliq. Di SDN 259 Teddaopu
aku memulai lagi karier pendidikanku. Dan alhamdulillah selama duduk di bangku
SD, Aku selalu menduduki peringkat dua dalam kelas, kecuali pada kelas IV aku
harus puas di peringkat tiga. Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
pada tahun 2005, aku melanjuatkan pendidikanku ke jenjang Sekalah Menengah
Pertama atau yang biasa disingkat SMP, di SMP Negeri 2 Sengkang, dan
alhamdulillah lagi, Aku selalu masuk dalam sepeluh besar. Di kelas VII semester
I, aku menduduki peringkat satu,
peringkat dua di semester II. di kelas VIII semester I dan II, aku menduduki
peringkat satu. Dan pada detik-detik terakhir di masa SMP, di kelas IX, aku
keluar dari sepuluh besar, hahaha payah, Aku juga bingung apa yang terjadi
dengan otakku pada waktu itu. Pada tahun 2008, aku menyelesaikan pendidikanku
di SMP Negeri 2 Sengkang. Kemudian melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMA Negeri 2 sengkang, salah satu SMA terbaik di Kabupaten Wajo. Semua
pelajar yang ingin bersekolah di sana harus melalui beberapa tahap tes, mulai
dari tes wawancara hingga tes tertulis. Dan alhamdulillah, Aku mampu melalui
semua tes tersebut dan berhasil masuk ke sekolah tersebut dan di tempatkan di
kelas X C, padahal targetku di tempatkan di kelas X Khusus, kecewa memang tapi
Aku percaya itulah yang terbaik untukku dan ada hikmah dibalik semua itu.
Tuntutan
sebagai pelajar SMA semakin berat dibandingkan ketika di SD dan SMP, terlebih
lagi karena Aku bersekolah di tempat di mana ayahku mengajar. Namun, Aku tetap
berusaha berbuat yang terbaik dengan penuh semangat disertai dukungan dari
kedua orang tua. Kerja keras, optimisme,
dan kedisiplinan serta dukungan penuh dan doa dari kedua orang tua, akhrinya
membuahkan hasil yang manis. Selama satu semester menghuni kelas X C, akhirnya
Aku berhasil menduduki peringkat 1 di kelas tersebut dan berhasil membuatku
ditransfer ke kelas X Khusus, kelas yang sejak awal Aku damba-dambakan, sebagai
perwakilan dari kelas X C karena melebih jumlah nilai teman sekelas asal (kelas
asal di sini maksudnya kelas X C) yang sekarang duduk di kelas X Khusus dan
alhasil Aku menggantikan posisi temanku tersebut. Ada kebanggaan dan kepuasan
tersendiri jika berhasil masuk ke kelas tersebut. Selama duduk di kelas Khusus
ternyata jumlah nilaiku masih di atas nilai teman-temanku di kelas asalku dan
membuatku bertahan di sana hingga akhir semester dua kelas XI IPA Khusus. Pada awal
semstester satu kelas XII-lah aku terhempas keluar dari kelas IPA Khusus, dan
memaksaku kembali ke kelas asalku, lagi-lagi kejadian di masa SMP terulang,
sedih memang tapi mau bagaimana lagi, memang sudah harus begitu nasibku,
nasib-nasib.
Pada
tahun 2011, Aku menyelesaikan pendidikanku di tingkat SMA dan berniat
melanjutkan pendidikan di Universitas Hasanuddin fakultas Farmasi, karena sejak
kecil Aku bercita-cita menjadi seorang dokter dan seorang guru seperti ayahku.
Namun, setelah menonton drama Korea yang berjudul “Surgeon” jika diterjemahkan ke bahasa
Indonesia artinya ahli bedah, Aku mengurungkan niatku kuliah di kedokteran
karena melihat tanggung jawab seorang dokter sangat berat dan penuh dengan
resiko, salah sedikit fatal akibatnya. Jadi, aku berniat beralih ke fakultas
Farmasi saja karena masih berhubungan dengan dunia kesehatan dan memang Aku
sangat menyukai pelajaran IPA terutama Biologi dan Kimia sewaktu masih duduk di
bangku sekolah dasar dan menengah. Dan sebagai usahaku agar berhasil masuk di
Unhas Fak. Farmasi, dua hari setelah acara Graduation Senior High School 2
Sengkang alias acara pisah tamat SMA Negeri 2 sengkang, Aku bertolak ke
Makassar bersama sejumlah temanku di kelas Khusus untuk bimbingan belajar di
lembaga bimbingan belajar Gadjamadha. Aku dan teman-temanku sepakat memilih
cabang Pongkitu karena agak dekat dari rumah salah seorang temanku. Segala daya
upaya telah dilakukan dengan maksimal dan tentunya dibarengi dengan doa. Namum,
ketika pengumuman SMPTN 2011 telah diumumkan, dengan penuh harapan. Aku
mengakses website SMPTN 2011, karena pengumuman dapat diakses melalui internet.
Bagaikan tersambar petir di siang bolong, padahal langit waktu itu tidak
mendung dan tidak hujan, Aku terpaku melototi layar komputer yang bertuliskan,
kalau tidak salah ingat tulisnya begini, “Maaf Anda tidak lulus tes.” Hancur lebur hatiku dan
yang paling berat, bagaimana mengatakannya kepada kedua orang tuaku, Aku
membayangkan betapa kecewanya mereka. Namum, kuberanikan diri untuk mengatakan kenyataan
pahit tersebut. Alhamdulillah, setelah menyampaikan hal tersebut kepada orang
tuaku, walaupun agak kecewa tetapi kedua orang tua tetap menyemangatiku dan
tidak lantas memarahiku. Dan pada akhirnya takdir membawa ke Universitas
Muhammadiyah Makassar atas saran dan arahan dari ayah dan ibuku, dan Aku pun
menyetujui hal itu karena agama mengatakan “Ridho Allah adalah ridho orang
tua”, Waktu Aku berpikir begini, mungkin di sanalah awal menuju masa depan dan
mewujudkan cita-cita yang memang sudah digariskan Allah untukku. Karena di
Unismuh Makassar tidak ada fakultas Farmasi dan program studi Kimia, Jadi, Aku memilih
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
sebagai pilihan pertama dan Fakultas Pertanian program studi Perikanan sebagai
pilihan kedua. Dan alhasil, kalau kata pepatah “Buah tidak jatuh jauh dauh dari
pohonnya” Aku lulus di FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia. Sejak di sekolah dasar
Aku memang sangat suka mata pelajaran Bahasa Indonesia, bisa dikatakan
pelajaran Bahasa Indoneseia adalah sederet daftar mata pelajaran favotitku
selain Kimia, biologi, dan bahasa Inggiris. Ada ketertarikan dan motivasi
tersendiri saat belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dan sekarang Aku
sementara kuliah di semester empat di FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ibu saya selalu memberi nasihat dan diantaranya ketika Aku pamit kepadanya
untuk berangkat ke tanah perantauan ilmu. Beliau berkata, ”Anakku sayang, ibu
dan bapak berharap kamu menjadi anak yang soleha, berbakti kepada orang tua,
agama dan berguna bagi orang-orang di sekitarmu. Semoga ilmu yang kamu peroleh
bermanfaat dan semoga Allah memberkahi dan meridhoi setiap langkahmu. Amin,
belajar dengan sungguh-sungguh di Makassar jangan salah gunakan kepercayaan
yang diberikan ayah dan ibu, ayah dan ibu akan melakukan yang terbaik untukmu
dan berusaha memenuhi segala kebutuhanmu sebagai kewajiban sebagai orang tua.
Doaku selalu menyertaimu anakku sayang.”
Setiap manusia memiliki mimpi, harapan, dan cita-cita, baik itu tercapai atau
tidak. Hal itu pastinya Aku alami saat ini. Dengan segala perjuangan keras dan
doa serta dukungan dari orang tua dan kedua adikku, Aku ingin menjadi
kebanggaan bagi mereka yang menyayangiku. Cita-cita tertinggiku adalah
ingin menjadi dosen atau guru
profesional di Korea Selatan, menggaungkan bahasa dan sastra Indonesia di sana,
dan jika itu tidak kesampaian di dalam negeri pun tidak ada masalah. Bagiku,
dosen maupun guru merupakan profesi yang sangat dan paling mulia. Sangat sulit menjadi seorang pengajar tanpa
disertai kemampuan yang memadai, mental yang kuat, dan pengalaman yang cukup.
Terima kasih kuucapkan kepada ayah dan ibuku, ucapan terima kasih tidaklah
cukup untuk membalas semua budi baik kalian kepadaku, yang telah
menyekolahkanku, membekaliku dengan pendidikan, dan membiaya semua keperluanku,
memenuhi semua kebutuhanku, tak kenal lelah membanting tulang demi
kesejahteraan keluarga, dan terima kasih telah melahirkanku ke dunia, Aku
sangat beruntung karena dilahirkan sebagai anakmu di dunia ini. Serta terima
kasih kepada guru-guruku yang telah memberikan ilmunya dan membimbingku hingga
menjadi seperti sekarang ini. Semua yang kalian berikan Insya Allah akan
mendapat balasan yang tak terhingga dari Yang Maha Kuasa, Amin.
JJJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar